Sampek (Alat Musik Khas Kalimantan)
Sampek merupakan salah satu wujud hasil budaya orang Dayak, yang merupakan alat musik tradisional yang memiliki ciri dan kegunaan yang khas. Dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak, seni musik dan alat-alat musiknya menjadi salah satu media yang diperlukan dalam pelaksanaan upacara-upacara adat, selain tentu saja juga berfungsi sebagai sarana hiburan. Terdapat berbagai jenis alat musik dalam tradisi kebudayaan orang Dayak, termasuk alat musik pukul, tiup, maupun petik.
Sampek adalah alat musik yang befungsi untuk menyatakan perasaan, baik perasaan riang gembira, rasa sayang, kerinduan, bahkan rasa duka nestapa. Dahulu, memainkan sampek pada siang hari dan malam hari memiliki perbedaan. Apalagi dimainkan pada siang hari, umumnya irama yang dihasilkan sampek menyatakan perasaan gembira dan suka ria. Sedangkan jika sampek di dimainkan di malam hari biasanya akan menghasilkan irama yang bernada sendu, syahdu dan sedih.
- Sejarah alat musik sampek
Awalnya, alat musik Sape diciptakan oleh seorang yang terdampar di Karangan (pulau
batu kerikil di tengah sungai) karena perahunya karam diterjang riam bersama rekan –
rekannya dan hanya terdapat satu orang yang selamat dari kecelakaan perahu tersebut.
Pada saat tidur dalam keadaan sadar dan tidak sadar orang tersebut mendengar alunan
suara alat musik petik yang indah dari dasar sungai dengan bayangan alat musik yang
menyerupai perahu. Orang tersebut percaya bahwa roh nenek moyang yang
memberikannya petunjuk dan sejak saat itu dia membuat alat musik yang menyerupai
perahu yang kini disebut Sape. - Pengertian
Alat musik Sape merupakan salah satu alat musik kesenian tradisional masyarakat
Suku Dayak Kayaan di wilayah sungai Kapuas Hulu yang digunakan sebagai salah
satu sarana hiburan bagi masyarakat Dayak. Selain itu Sape juga digunakan sebagai
sarana pengiring tarian serta pendukung dari upacara ritual adat Suku Dayak lainnya.
Sape artinya adalah tiga sesuai dengan jumlah dawai yakni hanya tiga buah. Terdapat
dua jenis Sape yaitu Sape Kayaan dan Sape Kenyah. Secara umum kedua jenis sape
tersebut tidak mempunyai perbedaan. Penamaan tersebut hanya berasal dari suku
mana Sape tersebut berasal. - Perkembangan
Awalnya dawai yang digunakan untuk memainkan sape terbuat dari rotan atau ijuk
pohon raruk (pohon aren). Seiring perkembangan jaman dawai sape telah diganti
menggunakan kawat rem sepeda atau senar gitar. Bagian dasar Sape terbuat dari rotan
yang menggunakan sarang kelulut (sarang lebah kecil) sebagai penempel grid sape.
Sape dimainkan dengan mengikuti perasan pemainnya.
Dalam tradisi masyarakat dayak yang dekat dengan alam, alunan Sape biasanya
mengikuti alam sekitarnya. Pola permainan Sape biasanya mengulang – ulang beberapa
birama. Keindahan alunan Sape muncul karena birama pertama bisa saja muncul
kembali pada birama kesepuluh dan seterusnya. Sape biasanya dimainkan di Rumah
Panjang atau Rumah Betang (rumah komunal masyarakat Dayak).
Sumber: Wikicendekia
Wikicendekia adalah kumpulan artikel terkait informasi apapun yang dikupas oleh Perpustakaan Astana Cendekia